Hidup Dibawah Naungan Cahaya Islam

Rabu, 21 Maret 2012

Kisahmu


Secuil Kisah dari Perjalanan Ke Negeri Sakura

Secuil Kisah dari Perjalanan Ke Negeri SakuraPernah pergi ke Jepang? Mungkin ada sebagaian dari kita yang pernah berkunjung ke Jepang namun tentu jumlahnya sangat sedikit. Mayoritas dari kita tahu tentang Jepang dari media informasi TV atau internet. Sayang informasi yang ada sering tidak utuh sehingga menimbulkan kebingungan tersendiri. Untuk itu, simak baik-baik kisah perjalanan seorang anak muda yang menjalani tugas belajar di Jepang berikut, tepatnya di kota Osaka. Semoga memberikan hiburan dan manfaat ya....
Berbeda dengan musim panas di Indonesia yang relatif masih teduh, musim panas di Jepang sungguh sangat menyengat. Suhu pada siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius. Pantas saja bila keringat selalu menetes dan minuman dingin menjadi barang yang paling diminati. Sungguh kurang nyaman rasanya bagiku, meskipun aku adalah orang indonesia yang hidup di iklim tropis atau iklim panas. Di sini, udara terasa panas sekali sehingga bagi yang tak terbiasa akan cepat merasa lelah bila beraktivitas di luar ruangan.
Di musim panas, bisanya waktu siang lebih lama sekitar 16 jam dan waktu gelapnya 8 jam. Kamu bisa membayangkan betapa beratnya bila menjalankan ibadah puasa pada kondisi seperti itu? Tentu sangat berat. Untuk itu, bersyukurlah kita yang tinggal di Indonesia karena waktu siang dan malam relatif stabil yaitu 12 jam. Selain itu, kita juga leluasa menjalankan aktivitas karena suhu udara relatif normal.
Dengan segala kekurangannya, kehidupan di negeri Sakura justru berjalan dengan tertib. Masyarakat Jepang sangat taat terhadap peraturan yang telah ditetapkan sehingga negara tersebut sungguh pesat perkembangannya. Berbeda kali ya dengan di Indonesia. Semangat untuk melanggar aturan begitu tinggi, sampai-sampai ada slogan Aturan Dibuat Untuk Dilanggar. Haduh...mengecewakan! Di dalam diri masyarakat Jepang tertanam kuat bahwa negara tersebut sebelumnya tidak punya apa apa sehingga mereka harus menjadi pribadi yang senantiasa berusaha untuk survive dalam hidup. Satu buktinya, ketika perang dunia ke-2, pada tahun 1945, 2 kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagashaki dijatuhi bom atom oleh tentara sekutu yang mengahancurkan kota tersebut. Dengan cepat mereka mampu bangkit, bahkan menjadi kekuatan baru di Asia dan dunia. Bukan karena aku bekerja pada perusahaan Jepang lho jadi memuji semangat juang masyarakat Jepang. Tapi memang pada kenyataannya masyarakat Jepang memiliki kegigihan luar biasa untuk maju meskipun mereka tak memiliki sumber daya seperti negara lain.
Dalam kehidupan bermasyarakat masyarakat Jepang tampak sangat menghargai hak orang lain meskipun kalo dipikir-pikir sikap mereka cenderung individualis karena jarang sekali ada kontak sosial antara satu dengan yang lain. Berbeda dengan di Indonesia yang memiliki adat gotong-royong dalam menyelesaikan segala sesuatu. Di Jepang, nyaris tak ada kebiasan seperti itu. Ya mungkin itu satu kekurangannya, tapi pada prinsipnya orang Jepang sangat care pada orang lain. Ini tampak dari fasilitas-fasilitas yang disediakan khusus bagi para lansia dan penyandang cacat. Di sana, orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik mendapatkan perlakuan yang lebih baik.
Terlepas dari cerita diatas di sebuah kota kecil di bagian OSAKA yang disebut Ikeda tadi, terdapat sebuah perusahan dimana aku ditugaskan. Awalnya aku berpandangan bahwa orang Jepang adalah orang yang kurang ramah karena terlalu sibuk. Tapi suasana di perusahaan tersebut membuatku menjadi kaget. Para karyawan di perusahaan tersebut ternyata sangat menghormati orang asing yang berkunjung ke tempat mereka, terlebih lagi kalo orang asing tersebut adalah seorang muslim. Subhanallah...Meskipun tidak semuanya muslim, mereka mengerti betul rutinitas seorang muslim dalam beribadah diantaranya sholat kalo dalam bahasa jepangnya disebut “oinori” dan apa apa yang tidak diperbolehkan dimakan misalnya babi atau “butaniku” kemudian alkohol dan lain sebagainya. Jujur aku merasa senang dengan sikap orang-orang Jepang yang sangat memuliakan tamu. Jadi teringat sebuah hadist yang menyatakan bahwa barangsiapa yang beriman pada hari akhir hendaknya ia memuliakan tamu. Orang Jepang yang saya kunjungi juga menyiapkan ruangan untuk sholat dimana ruangan meeting sudah mereka sulap menjadi tempat untuk sholat lengkap dengan arah  kiblat. Subhanallah, sungguh mereka sangat menghormati sekali dengan apa yang menjadi ritual kita untuk beribadah kepada Allah SWT.
Hal yang sama juga saya alami ketika saya bertugas di Kyoto menjalankan kunjungan kerja dari perusahaan yang sama. Di tempat ini saya justru mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Saya dan tamu muslim yang lain dibuatkan mushola permanen yang berada di area perusahaan. Menurut mereka, mushola tersebut dibuat khusus untuk tamu-tamu muslim yang kebanyakan berasal dari Indonesia, Malaysia dan Pakistan. Meskipun tidak besar, penghargaan orang Jepang terhadap ibadah umat muslim dengan membuatkan mushola patut mendapat apresiasi. Mungkin yang masih menjadi kendala adalah saat menjalankan ibadah Sholat Jum’at.  Kalo untuk menjalankan ibadah sholat Jum’at, saya dan teman-teman harus menjalankannya jauh dari kedua kota tersebut yaitu di Kobe. Ini terpaksa kami lakukan karena jika kita menjalankannya di perusahaan, jumlah jamah yang ada tidak mencukupi syarat minimal untuk sholat jum’at yaitu 40 orang. Namun mereka orang jepang memberikan ijin kepada kita untuk melaksanakan Sholat Jum’at. Alhamdulillah...
Saya pikir kita patut memberikan apresiasi terhadap orang Jepang mengenai rasa hormat mereka kepada kita umat muslim dalam melakukan ibadah. Meskipun ada hal yang mungkin masih menjadi pemikiran kita kenapa orang Jepang sangat sedikit sekali yang memeluk Islam. Seandainya banyak dari mereka yang menjadi muslim pasti mereka akan menjadi muslim yang taat, pikir saya. Ini karena sifat mereka yang sangat taat terhadap peraturan pemerintah. Tentu bila mereka sudah sadar, peraturan agama akan lebih ditaati lagi.
Semoga, akan ada orang-orang yang mendakwahi saudara-saudara di Jepang sehingga banyak masyarakatnya yang menjadi muslim. Dengan begitu, kekuatan Islam akan semakin kokoh dengan pilar ekonomi dan teknologinya. Meskipun syiar-syiar Islam sudah ada, rasanya perlu lagi ada penambahan upaya untuk lebih membumikan Islam di negeri Sakura. Dari Jepang kita bisa banyak belajar bersyukur akan nikmat iman dan kesempatan yang kita miliki sekarang. Ternyata, banyak orang baik yang belum terbuka pintu hatinya untuk menerima Islam. Sungguh kasihan karena sebaik apapun amalan mereka bila tak ada iman maka akan sia-sia saja. Untuk itu, kita patut menjaga keimanan kita ini. Semoga bermanfaat ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar