ETIKA PERTAMA: KETULUSAN NIAT
Niat adalah dasar dan pembangkit segala
bentuk ucapan dan tindakan. Bila niat Anda tulus dan luhur, niscaya
ketulusan niat ini terpancar dalam ucapan dan tindakan Anda. Seorang
pedagang muslim menjalankan perniagaannya dalam rangka menjaga
kehormatan dirinya sehingga tidak merendahkan diri dengan meminta-minta.
Dengan berniaga keluhuran jiwa seorang muslim terbukti dengan
tercukupinya kebutuhan dan nafkah setiap orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنْ النَّاسِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ
ETIKA KEDUA: TANGGUH DAN PANTANG MENYERAH
Di antara kepribadian pedagang muslim yang
membedakannya dari selainnya ialah ketangguhan mental dan jiwanya.
Berbagai aral yang melintang di jalan hidupnya tidak menjadikan
semangatnya luntur. Kegagalan dan tantangan, yang kadang menghiasi
perjuangannya, tidak menjadikannya lemah dan kendur semangat. Dia akan
selalu optimis dan menatap masa depan dengan penuh kepercayaan.
Semboyannya hanya satu, "Selama hayat di kandung badan, maka
keberhasilan dan rezekinya pastilah mengalir." Semboyan ini bukanlah
diperoleh dari sesuatu yang hampa, melainkan diperoleh dari janji Alloh
dan Rasul-Nya.
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
ETIKA KETIGA: T A W A K A L
Keimanan Anda—sebagai pengusaha muslim—kepada
Allah tidak menjadikan Anda bertopang dagu dan pasrah dengan setiap
kenyataan. Keimanan terus mendorong Anda untuk berusaha tanpa kenal
lelah. Walau demikian, Anda menyerahkan hasil dari usaha keras Anda
kepada kehendak dan karunia Allah.
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضاً سُخْرِيّاً
Betapa indah gambaran Rasulullah صلي الله عليه وسلم tentang tawakal berikut ini:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Coba Anda cermati burung-burung yang ada di
sekitar rumah Anda. Di pagi hari, adakah burung yang tidak meninggalkan
sarangnya? Bila ada, maka dapat dipastikan itu adalah burung yang sedang
menderita sakit. Dengan demikian, tawakal yang benar tidak menjadikan
Anda manusia pemalas. Akan tetapi, tawakal menjadikan Anda dapat menatap
hari esok dengan penuh percaya diri tanpa ada kekhawatiran sedikit pun.
ETIKA KEEMPAT: BERNIAGA NAMUN TIDAK LALAI DARI MENGINGAT ALLAH
Di antara karakter pengusaha muslim yang
sangat indah dan membedakan Anda dari pengusaha nonmuslim ialah
senantiasa ingat kepada Alloh Ta'ala. Dengan demikian, Anda senantiasa
menjalankan kewajiban ibadah kepada Allah tanpa terganggu oleh berbagai
aktivitas perniagaan Anda.
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Anda senantiasa sadar bahwa Allah Ta'ala
mengetahui setiap perbuatan dan ucapan Anda. Dan Anda pun percaya bahwa
setiap ucapan dan perbuatan Anda pastilah mendapat balasannya yang
setimpal. Kesadaran ini menjadikan Anda waspada dan tidak menghalalkan
segala macam cara dalam mencari keuntungan niaga.
لَا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ , فَإِنَّهُ لَـمْ يَكُنْ عَبْدٌ يَـمُوْتُ حَتَّى يَبْلُغَهُ آخِرُ رِزْقٍ هُوَلَهُ , فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ مِنَ الْـحَلَالِ وَتَرْكِ الْـحَرَامِ
Anda berlaku santun dalam menjalankan perniagaan,
karena Anda beriman bahwa harta kekayaan dunia bukanlah standar
keberhasilan, baik di dunia atau akhirat. Harta kekayaan hanyalah
titipan dan bahkan ujian, apakah Anda bersyukur atau sebaliknya, kufur.
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Anda percaya bahwa keberhasilan hidup tidaklah
diukur dari banyak atau sedikitnya kekayaan Anda. Terlalu rendah dan
hina bila kesuksesan hidup diukur dengan materi.
لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
ETIKA KELIMA: J U J U R
Syari'at Islam mengajarkan untuk selalu
berbuat jujur dalam segala keadaan. Anda berlaku jujur walau secara
lahir kejujuran Anda dapat menimbulkan kerugian pada diri Anda sendiri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً
يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ فَاسْتَجَابُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَفَعُوا أَعْنَاقَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ إِلَيْهِ فَقَالَ إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلَّا مَنْ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
Al-Qadhi 'Iyadh رحمه الله berkata, "Kebiasaan
para pedagang adalah menipu dalam perniagaan dan berambisi untuk menjual
barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan. Tanpa
terkecuali, dengan sumpah palsu dan yang serupa. Karenanya, Nabi صلي
الله عليه وسلم memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir). Beliau
hanya mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa
menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpah, dan
jujur dalam setiap ucapannya." (Dinukil oleh al-Mubarakfuri dalam
kitabnya Tuhfatul Ahwadzi: 4/336)
ETIKA KEENAM: SENANTIASA MEMUDAHKAN ORANG LAIN
Perniagaan dan keuntungan bukanlah cita-cita
akhir Anda dari berniaga. Keuntungan hanyalah sarana untuk memudahkan
urusan dunia dan akhirat Anda. Wajar bila Anda selalu bersikap ringan
tangan dan rendah hati pada setiap urusan termasuk ketika sedang
berniaga.
Dari sahabat Jabir bin Abdillah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى
Sikap Anda ini merupakan cerminan nyata dari
keimanan Anda bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sesaat, dan selanjutnya
cepat atau lambat anda pasti berpindah ke alam akhirat. Karenanya, Anda
tak kenal lelah untuk terus-menerus menabur benih-benih kehidupan
akhirat semasa hidup di dunia fana ini.
Pada suatu hari Rasulullah صلي الله عليه وسلم bercerita, "(Pada
hari kiamat kelak) Alloh mendatangkan salah seorang hamba-Nya yang
pernah Dia beri harta kekayaan, kemudian Alloh bertanya kepadanya, 'Apa
yang engkau lakukan ketika di dunia?' (Dan mereka tidak dapat
menyembunyikan dari Allah suatu kejadian) [6] Sang hamba menjawab,
'Wahai Tuhanku, Engkau telah mengaruniakan kepadaku harta kekayaan, dan
aku berjual beli dengan orang lain, dan kebiasaanku (akhlaqku) adalah
senantiasa memudahkan, aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan
menunda (tagihan kepada) orang yang tidak mampu.' Kemudian Allah
berfirman, 'Aku lebih berhak untuk melakukan ini daripada engkau,
mudahkanlah hamba-Ku ini.'" [7]
Tidakkah Anda menjadi tergiur mendengar kisah
Rasulullah صلي الله عليه وسلم di atas? Semasa di dunia, perniagaan Anda
berjalan lancar, harta melimpah, dan ternyata di akhirat, kekayaan Anda
menghantarkan Anda ke pintu Surga?
ETIKA KETUJUH: MEMBELANJAKAN HARTA DI JALAN YANG BENAR
Manisnya kekayaan, mungkin saja menjadikan
Anda lalai dan lupa daratan. Betapa tidak, segala yang Anda inginkan
dapat terwujud dengan mudah berkat kekayaan Anda yang melimpah. Betapa
sering Anda bisa menahan diri dan bersikap bersahaja tatkala kantong
Anda cekak, namun hal itu begitu berat untuk Anda lakukan bila kantong
Anda tebal.
Keimanan dan keluhuran jiwa Andalah yang
dapat menahan Anda dari sikap angkuh dan melampaui batas ketika berhasil
mencapai kekayaan. Yang demikian itu karena Anda sadar bahwa suatu saat
nanti kekayaan itu harus Anda pertanggungjawabkan, dari mana
memperolehnya dan ke mana Anda membelanjakannya.
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
__________________
Footnote:
[1] HR. al-Bukhari Kitab az-Zakah "Bab: La shadaqata ilia 'an zhahri ghina" hadits no. 1362, dan Muslim Kitab az-Zakah "Bab: Bayan anna al-yad al-'ulya khoirun min al-yad as-sufla" hadits no. 1033.
[2] HR. Ibnu Majah Kitab at-Tijarat "Bab: al-lqtishad fi thalabil ma'isyah" hadits no. 2144. Oleh al-Albani, hadits ini dinyatakan sebagai hadits shohih. Silsilah al Ahadits ash- Shahihah: 6/209 no. 2607.
[3] HR. at-Tirmidzi Kitab az-Zuhud "Bab: Ma ja'a fi hawani ad-dunya ‘alla Allah عزّوجلّ" hadits no. 2320.
[4] HR. at-Tirmidzi Kitab al-Buyu' 'Bab: Ma ja'a fi at-tujjar wa tasmiyatan Nabi صلي الله عليه وسلم iyyahum" hadits no. 1210. Hadits ini dinyatakan sebagai hadits shohih oleh al-Albani, Silsilah Ahadits ash-Shohihah no. 2984.
[5] HR. al-Bukhori Kitab al-Bai' "Bab: As-suhulah wa as-samahah fis syiro' wal bai'" hadits no. 1970.
[6] QS. an-Nisa' [4]: 42.
[7] HR. al-Bukhari Kitab al-lstiqradh "Bab: Husnu at-taqodhi" hadits no. 2261 dan Muslim Kitab al-Musaqah "Bab: Fadhlu inzhori al-mu'sir" hadits no. 1560.
[8] HR. at-Tirmidzi Kitab Shifatul Qiyamah wa ar-Raqa 'iq "Bab: al-Qiyamah" hadits no. 2416.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar