Valentine’s Day Dalam Pandangan Islam [Tinjauan Historis dan Aqidah]
Hukum Merayakan Hari Valentine
Oleh: Buletin An-Nur
Oleh: Buletin An-Nur
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada
dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam
Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi
keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah,
ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain
Islam, artinya,
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Valentine’s Day
adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang pada hari itu
sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama kalangan ramaja
dan pemuda. Padahal Valentine -menurut salah satu versi sebuah
ensiklopedi- adalah nama pendeta St. Valentine yang
dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang merlarang
pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu kiranya perlu dijelaskan
kepada kaum muslimin mengenai hukum merayakan hari Valentine atau yang
sering disebut sebagai hari kasih sayang.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata,
“Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram.
Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan
mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya.
Bagi yang mengucapkannya, kalau pun
tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan
haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang
menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih
besar dosanya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan lebih dimurkai dari
pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Banyak orang yang terjerumus dalam suatu
perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang
yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah
atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk
mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala.”
Abu Waqid meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
“Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
Pertama; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua; ia dapat
menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang
sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita)
-semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari
raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling
tukar hadiah ataupun lainnya.
Hendaknya setiap muslim merasa bangga
dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan
ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata?ala melindungi kaum muslimin
dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi
dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang
mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’
(loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang
merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu
mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi orang-orang
kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka
adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah
nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka
berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya telah
membaca ayat, artinya,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana mungkin ia memohon kepada
Allah subhanahu wa ta’ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang
yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan
dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan
sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin
terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat
melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah subhanahu wa ta’ala
telah berfirman, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (al-Maidah:51)
Di dalam ayat lainnya, artinya,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia
tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut
secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada
orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian,
padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain!
Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik,
namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan
tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh
budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut
bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian
nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan
antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial
mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti
yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru
dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita,
seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan
ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula
untuk ayah, saudara, suami dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus
pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah subhanahu wata?ala
senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang
yang tulus, yang menjadi jembatan untuk mastk ke dalam Surga yang
hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk
dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadits qudsi, Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku.” (HR. Ahmad).
(fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
* Seorang muslim dilarang untuk
meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru
adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat
kebiasaan mereka.
* Bahwa mengucapkan selamat terhadap
acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan
selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan
sebagainya.
* Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
* Valentine’s Day
adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin
yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di
kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati
hari Valentin’s tersebut.
Sumber: Ada Apa dengan Valentine’s Day ?, Al-Sofwah, dengan penambahan.
Sumber: http://www.alsofwah.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar